Selasa, April 09, 2024
Senin, April 08, 2024
Rabu, Januari 31, 2024
Drama Remaja "Melodi Kenakalan"
Selasa, Januari 16, 2024
Contoh Studi Kasus PPG 2024
Menerapakan
Keterampilan Membaca Berbahasa Jawa Dengan Menerapan Metode Problem Based
Learning (PBL) Pada Materi Cerita Rakyat melalui Pendekatan Saintifik Di SMP
Nurul Islami Semarang
A. Deskripsi studi kasus
SMP Nurul Islami Semarang menyadari pentingnya
melestarikan dan memahami warisan budaya lokal, terutama dalam konteks cerita
rakyat Jawa. Namun, tantangan muncul karena siswa kurang tertarik atau
kesulitan memahami nilai-nilai dalam cerita rakyat. Oleh karena itu, diperlukan
pendekatan pembelajaran yang inovatif dan menarik, seperti metode Problem Based
Learning (PBL) dengan pendekatan saintifik. Problem Based Learning (PBL) itu sendiri merupakan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada pemecahan masalah. Metode ini menekankan pada
penggunaan situasi atau masalah dunia nyata sebagai titik awal untuk merangsang
pembelajaran siswa.
Dengan berbagai permasalahan yang ada pada
pembelajaran Bahasa Jawa terutama dalam materi cerita rakyat. Diperlukan metode
dan model yang tepat untuk menguraian permasalahan tersebut, baik dari segi
inovasi atau media. Hal itu sangat penting karena peserta didik perlu
penggambaran yang nyata dengan kondisi sekarang ini, sehingga cerita rakyat
bisa benar-benar dipahami siswa.
A. Analisis situasi
Selama proses perancangan
pembelajaran materi membaca cerita rakyat, beberapa tantangan muncul. Misalnya,
peserta didik mengeluh ketika diminta untuk membaca teks bahasa Jawa. Untuk
mengatasi ini, perlu dilakukan evaluasi terhadap pemilihan teks cerita rakyat.
Memastikan bahwa teks yang dipilih relevan, menarik, dan sesuai dengan tingkat
pemahaman siswa adalah langkah yang penting. Selain itu, mempertimbangkan
pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. Selama evaluasi, fokus
peserta didik terhadap perubahan yang diimplementasikan dalam desain
pembelajaran.
Peran guru dalam merancang
dan melakukan evaluasi materi membaca cerita rakyat Jawa melibatkan serangkaian
pembelajaran yang efektif dan bermakna. Pertama, guru berperan dalam memilih
cerita rakyat Jawa sesuai dengan tingkat pemahaman dan minat siswa. Pemilihan
teks harus mempertimbangkan keseimbangan antara kompleksitas bahasa Jawa dengan
kemampuan membaca siswa. Selanjutnya, dalam merancang pendekatan pembelajaran,
guru perlu menciptakan strategi yang menarik.
Evaluasi pembelajaran, guru
merancang instrumen penilaian yang mencakup pemahaman siswa terhadap isi bacaan.
Guru juga dapat menerapkan teknik evaluasi formatif, seperti kuis, untuk melihat
tingkat kemampuan peserta didik. Peran Kepala Sekolah, peran Kurikulum, guru
dan siswa menjadi faktor keberhasilan dalam merencanakan proses pembelajaran.
|
Adapun tantangan dan habatan yang dihadapi
dalam merencanakan proses pembelajaran, guru harus lebih selektif untuk memilih
materi yang sesui dengan kondisi lingkungan peserta didik. Siswa harus
diarahkan kedalam pembelajaran yang nyata, disesuikan dengan kearifan lokal
yang ada. Dalam proses evalusi pembelajaran tidak semua peserta didik akan
faham akan cerita rakyat yang ada
disekeliling mereka. Bahkan mereka jauh lebih terbiasa cerita dari luar, yang belum tentu sesui dengan budaya kita.
B. Alternatif solusi
Dalam menghadapi tantangan merancang pembelajaran
dan melakukan evaluasi pembelajaran dalam materi membaca cerita rakyat berbahasa
Jawa, langkah-langkah konkret harus diambil untuk memastikan efektivitas proses
pembelajaran. Pertama, guru perlu melakukan analisis mendalam terhadap peserta
didik, memahami kebutuhan dan minat mereka terkait cerita rakyat Jawa. Dengan
pemahaman ini, guru dapat menetapkan tujuan pembelajaran yang spesifik, seperti
pemahaman nilai-nilai budaya dalam cerita tersebut.
Setelah menetapkan tujuan, langkah berikutnya
adalah merancang pembelajaran dengan cermat. Guru harus memilih cerita rakyat
yang sesuai dengan tingkat kesulitan peserta didik dan memilih sumber belajar
yang mendukung pemahaman cerita. Strategi pembelajaran yang kreatif dan beragam,
seperti diskusi, dan proyek kreatif, perlu diterapkan agar peserta didik dapat
aktif terlibat dan membangun pemahaman mereka.
Selama implementasi pembelajaran, guru harus
merencanakan kegiatan pembelajaran yang membangun pemahaman secara bertahap dan
memberikan umpan balik secara teratur. Evaluasi formatif selama proses
pembelajaran menjadi kunci untuk memahami perkembangan peserta didik dan
menyempurnakan strategi pembelajaran. Evaluasi sumatif pada akhir pembelajaran
melibatkan penggunaan instrumen evaluasi yang mencakup pemahaman cerita,
nilai-nilai budaya, dan kemampuan berbahasa Jawa.
Setelah evaluasi, guru dan peserta didik perlu
merefleksikan pengalaman pembelajaran. Identifikasi keberhasilan dan tantangan
yang dihadapi, dan gunakan refleksi tersebut sebagai dasar untuk perbaikan
lebih lanjut dalam proses pembelajaran. Perbaikan ini dapat melibatkan penyesuaian
rencana pembelajaran, mempertahankan elemen-elemen yang efektif, dan
memperbaiki aspek yang memerlukan perhatian lebih lanjut. Dengan demikian,
melalui serangkaian langkah nyata ini, guru dapat mengatasi tantangan merancang
pembelajaran dan memastikan evaluasi yang holistik dalam materi membaca cerita
rakyat berbahasa Jawa.
C. Evaluasi
Dampak dari
langkah-langkah evaluasi ini terlihat dalam peningkatan pemahaman peserta didik
terhadap materi cerita rakyat Jawa dan pengenalan mereka terhadap nilai-nilai
budaya yang terkandung dalam cerita tersebut. Selain itu, adanya evaluasi
formatif dan sumatif menciptakan siklus pembelajaran yang dinamis, di mana guru
dapat terus memperbaiki pendekatan mereka berdasarkan hasil evaluasi dan
refleksi. Ini berdampak positif pada pengalaman belajar peserta didik, membantu
mereka merasa lebih terlibat dan terkoneksi dengan materi pembelajaran.
Secara keseluruhan, langkah-langkah evaluasi dalam pembelajaran cerita rakyat berbahasa Jawa tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih baik terkait kemajuan peserta didik, tetapi juga menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung, inklusif, dan berfokus pada pengembangan pemahaman budaya serta keterampilan membaca.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006: Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
2. Sudijono, A. (2015). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
3. Suyanto, T., S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
https://drive.google.com/file/d/1ipC_LODQNyhcNrKCyjZrQk3zixngvi_J/view?usp=sharing
Rabu, Agustus 09, 2023
Taman Bunga Celosia Bandungan
Daya tarik Taman Bunga Celosia
Bagi para pengunjung yang memasuki Taman Bunga Celosia, pengalaman yang ditawarkan melebihi sekadar merasakan keindahan taman bunga semata. Di sini, kunjungan bukan hanya mengajak mata berkelana, tapi juga mengajak jiwa dan kreativitas untuk bermain. Udara segar yang berasal dari ketinggian Gunung Ungaran menyambut setiap langkah, memberikan sensasi yang menghirup kedamaian.
Dalam suasana yang penuh keajaiban ini, tak heran banyak
pengunjung tiba dengan tujuan lebih dari sekadar menikmati pesona bunga. Mereka
ingin meresapi momen berharga dengan latar alam yang mengagumkan. Sudut-sudut
taman menjadi panggung eksplorasi visual, mengundang setiap pengunjung untuk
berpose seiring angin sejuk yang menerpa.
Begitu banyak pilihan spot menarik yang menghiasi taman ini,
masing-masing menghadirkan suasana yang unik. Jembatan kaca membawa sensasi
melayang di atas keindahan bawahnya, lorong tanpa batas melahirkan ilusi tak
terhingga, taman kaktus memadukan keanggunan tanaman unik, dan rainbow wisteria
menciptakan landasan yang penuh warna-warni. Vertical garden dan tropical
garden memberikan pengalaman seakan berada di dalam khayalan hijau yang nyata.
Tak hanya sebatas keindahan taman, Taman Bunga Celosia
membawa pengalaman tak terlupakan melalui beragam hiburan dan aktivitas. Di
"Little Korea", Anda dapat merasakan sensasi budaya dengan mengenakan
hanbok sebagai aksesori foto yang elegan. Bagi yang mencari sensasi lebih
berenergi, beragam wahana seperti kolam renang, ontang-anting, trampoline,
bom-bom car, mini trail, go kart, hingga taman kelinci siap menghibur dan
menguji adrenalin.
Tidak perlu khawatir tentang fasilitas, karena Taman Bunga
Celosia telah menyediakan segala yang diperlukan. Tolet yang nyaman, tempat
ibadah untuk merenung, dan tempat parkir untuk kenyamanan. Café garden menjadi
tempat sempurna untuk bersantai sambil menikmati hidangan lezat, sementara pertunjukkan
live music menambahkan sentuhan artistik di tengah alam.
Jika ingin membawa pulang secuil keindahan taman, jangan
lewatkan kesempatan untuk membeli bunga-bunga yang cantik. Setiap elemen di
Taman Bunga Celosia bekerja harmonis untuk menciptakan pengalaman wisata yang
tak terlupakan. Jadi, siapkan diri Anda untuk terpesona oleh pesona taman bunga
yang tak hanya memanjakan mata, tapi juga jiwa dan semangat petualangan Anda.
Jumat, Juli 14, 2023
Puntadewa (Yudistira)
* Bhārata, "keturunan Maharaja Bharata".
* Dharmawangsa atau Dharmaputra, "keturunan Dewa Dharma".
* Kurumukhya, "pemuka bangsa Kuru".
* Kurunandana, "kesayangan Dinasti Kuru".
* Pandawa, "putera Pandu".
* Partha, "putera Prita atau Kunti".
Puntadewa adalah putra Raja Pandu dan Ratu Kunti. Namun, sebenarnya ia adalah putra Ratu Kunti dan Batara Darma, dewa keadilan. Hal ini terjadi karena kutukan yang diucapkan oleh Resi Kimindama yang dibunuh oleh Pandu saat mereka sedang berhubungan intim dalam wujud kijang. Namun, berkat ajian Adityaredhaya, Kunti dan Pandu masih dapat memiliki keturunan untuk melahirkan pewaris tahta kerajaan.
Puntadewa memiliki empat saudara, dua saudara seibu, dan dua saudara berbeda ibu. Mereka adalah Bima atau Werkudara, Arjuna atau Janaka, Nakula atau Pinten, dan Sadewa atau Tangsen.
Puntadewa memiliki beberapa alias atau nama lain, seperti Raden Dwijakangka, yang digunakan saat ia hidup dalam pengasingan selama 13 tahun di kerajaan Wirata. Ia juga dikenal sebagai Raden Darmaputra karena merupakan putra Batara Darma. Nama-nama lainnya termasuk Darmakusuma, Darmawangsa, Darmaraja, Gunatalikrama, Sang Ajatasatru, Kantakapura, Yudistira, dan Sami Aji, yang merupakan julukan dari Prabu Kresna.
Kamis, Juli 13, 2023
Kisah Pewayangan: Cerita Asal Usul Lahirnya Pandawa Lima dalam Kisah Mahabharata
Panadawa adalah kelompok tokoh dalam wiracarita Mahabharata, sebuah epos kuno dari India. Mereka adalah keturunan Dewa Dharma, yang berperan dalam membangun fondasi moral dan etika yang kuat bagi masyarakat. Panadawa terdiri dari lima saudara, yaitu Yudistira, Bhima, Arjuna, Nakula, dan Sahadeva, serta saudara perempuan mereka, Draupadi.
Menurut Mahabharata, Panadawa lahir dari Raja Pandu dengan bantuan beberapa Dewa. Raja Pandu adalah raja dari Kuru, salah satu kerajaan di India kuno. Namun, Raja Pandu mengalami kutukan yang menyebabkannya tidak dapat memiliki keturunan secara alami. Oleh karena itu, ia meminta izin dari istrinya, Kunti, untuk menggunakan sebuah mantra atau doa yang diberikan oleh Dewa Dharma.
Kunti diberikan kekuatan oleh Dewa tersebut untuk memanggil Dewa-Dewa dan mendapatkan keturunan darinya. Dengan izin Kunti, ia menggunakan mantra tersebut dan memanggil Dewa Dharma. Dalam pertemuan mereka, Kunti mendapatkan anugerah untuk memiliki lima anak dari lima Dewa yang berbeda.
Kemudian, Kunti membagikan anugerah tersebut kepada sahabat Raja Pandu, yakni Madri. Kunti meminta Madri untuk memanggil Dewa-Dewa lain dan mendapatkan dua anak. Dengan demikian, kelahiran Panadawa menjadi mungkin karena peran Dewa-Dewa dalam menghadapi permohonan Kunti dan Madri.
Setelah kelahiran, Panadawa dibesarkan di istana dan mendapatkan pendidikan yang baik. Mereka tumbuh menjadi pahlawan dan pemimpin yang hebat dalam epik Mahabharata, dan terlibat dalam perang besar antara Pandawa dan Korawa yang terjadi di Kurukshetra.
Catatan: Mahabharata adalah wiracarita kuno yang memiliki berbagai versi dan interpretasi. Informasi ini didasarkan pada versi yang umumnya diterima, tetapi perbedaan dan variasi dapat ditemukan dalam cerita ini.