Ramayana
Cerita
Ramayana adalah sebuah cerita kepahlawanan yang berasal dari India. Ceritanya
bermula dari kisah keberhasilan Rama dalam memenangkan sayembara di negeri
Mantili dan perkawinannya dengan Dewi Sita. Kisah selanjutnya adalah cerita
tentang tuntutan Kekayi (ibu tiri Rama) agar Raja Dasarata (ayah Rama)
mengangkat puteranya Barata sebagai raja Ayodya dan menuntut agar Rama dan Sita
diusir ke tengah hutan Dandaka selama 13 tahun. Didalam hutan Dandaka Rama,
Laksamana, dan Sita banyak bertemu dengan para pertapa.
Suatu
ketika, Sita melihat kijang kencana dan meminta Rama menangkapnya. Ternyata
kijang tersebut adalah kijang jadi-jadian Marica, patih dari Rahwana.
Ketika Rama berusaha mengejar kijang tersebut, Sita diculik oleh Rahwana dan diterbangkan ke negeri Alengka. Dalam perjalanan, Sita ditolong oleh Jatayu. Tetapi Jatayu dapat dikalahkan oleh Rahwana. Dalam keadaan terluka Jatayu berhasil menemui Rama. Demi mengetahui bahwa Sita diculik, maka Rama berangkat menuju Alengka. Kisah berikutnya adalah cerita tentang perjalanan Rama di hutan Maliawan. Disana dia menolong Sugriwa (raja monyet) mengalahkan Subali. Atas jasanya tersebut, Sugriwa dan Hanuman menyatakan keinginannya untuk membantu Rama mencari Sita. Kemudian Hanuman berangkat ke Alengka sebagai duta dari Rama.
Ketika Rama berusaha mengejar kijang tersebut, Sita diculik oleh Rahwana dan diterbangkan ke negeri Alengka. Dalam perjalanan, Sita ditolong oleh Jatayu. Tetapi Jatayu dapat dikalahkan oleh Rahwana. Dalam keadaan terluka Jatayu berhasil menemui Rama. Demi mengetahui bahwa Sita diculik, maka Rama berangkat menuju Alengka. Kisah berikutnya adalah cerita tentang perjalanan Rama di hutan Maliawan. Disana dia menolong Sugriwa (raja monyet) mengalahkan Subali. Atas jasanya tersebut, Sugriwa dan Hanuman menyatakan keinginannya untuk membantu Rama mencari Sita. Kemudian Hanuman berangkat ke Alengka sebagai duta dari Rama.
Bagian
terakhir dari kisah ramayana adalah cerita ketika rombongan Rama dan tentara
monyet membangun jembatan menuju negeri Alengka. Selanjutnya, Rahwana dan
bala-tentaranya dapat dikalahkan. Rama berhasil membawa kembali Sita ke Ayodya
dengan selamat.
Karakter
dan Thema
Ada
bermacam-macam karakter yang ditampilkan dalam cerita-cerita Ramayana tersebut.
Rama adalah simbolisasi dari kebijaksanaan. Sita adalah simbol dari kesetiaan
dan kesucian. Laksamana adalah perlambang kesetiakawanan. Hanuman adalah simbol
dari keberanian. Sedangkan Rahwana adalah perlambang sifat angkara-murka.Dalam
setiap episode dari kisah Ramayana tersebut biasanya selalu muncul persoalan
atau dilema etis atau benturan nilai-nilai. Sebagai contoh didalam episode
pertama (Lahirnya Rahwana) dikisahkan dilema yang dihadapi Bagawan Wiswamitra.
Ia harus memilih diantara keinginannya untuk menikahi Dewi Sukesi dengan
janjinya untuk menikahkan Dewi Sukesi dengan anaknya. Karena salah memilih, ia
akhirnya mempunyai keturunan (Rahwana dan saudara-saudarinya) yang memiliki
sifat angkara murka. Contoh lainnya adalah episode kedua (Prabu Dasarata).
Dikisahkan bahwa Prabu Dasarata menemui dilema diantara mengangkat Rama sebagai
raja (sesuai dengan aturan dan keinginan rakyat) atau mengangkat Barata sebagai
raja (sesuai dengan keinginan isterinya Kekayi). Ketika ia memilih menuruti
keinginan Kekayi, ia menjadi sangat menderita.Perenungan terhadap persoalan
philosophis dan nilai kebenaran yang terkandung dalam episode-episode tersebut
adalah moral dari cerita-cerita Ramayana.
31. Dukungan Tentara Kera Kiskenda
Sugriwa beserta para kera, yaitu Hanuman, Anggada,
Susena, Hanila, Jambawan, Gaya, Gawaksa, dan pemuka kera lainnya datang
menghadap Rama.
Sugriwa berkata kepada para kera bahwa sebagai balas budi
kepada Rama, maka seluruh bala tentara kera Kiskenda harus ikut mencari Sita
yang hilang diculik Rahwana. Para kera pun menjawab bahwa mereka bersedia
mencari Sita sampai dimanapun.
Sugriwa memerintahkan balatentara kera mencari Sita
sampai ke daerah pegunungan Widarba dan Misori, pula sampai ke tanah Matsya,
Kalingga, Kausika, Andra, Chola, Chera dan Pandya. Sungai-sungai Gangga, Jumna
dan Serayu harus disusuri. Lembah-lembah yang dalam harus dituruni, dan
gunung-gunung yang tinggi harus didaki.
32. Hanuman Duta
Setelah menerima perintah Raja Sugriwa, maka balatentara
Kiskenda berangkatlah. Mereka menyebar ke segenap penjuru. Setiap jurang
ditengok, kalau-kalau Sita disembunyikan raja raksasa Rahwana di situ. Setiap
gunung didaki, setiap semak dikuakkan. Mereka masuk ke dalam gua-gua,
menjelajahi desa-desa, dan menyusuri pantai.
Namun usaha mereka sia-sia. Akhirnya mereka kembali ke
Kiskenda tanpa membawa hasil. Lalu Sugriwa teringat bahwa ada sebuah pulau yang
terletak di selatan. Pulau itu harus dijelajahi pula karena mungkin Sita
disembunyikan Rahwana di tengah pulau itu.
Hanumanlah yang diserahi tugas oleh Sugriwa untuk
meninjau keadaan pulau itu serta meneliti jejak raja raksasa Rahwana. Sugriwa
yakin bahwa Hanuman akan sanggup menjalankan tugasnya.
33. Perjalanan Hanuman
Sebelum Hanuman berangkat, Rama menitipkan sebuah cincin
kepadanya. Jika Hanuman bertemu dengan Sita, maka cincin itu menjadi bukti
bahwa Hanuman adalah duta Rama.
Hanuman berangkatlah menuju arah selatan. Siang malam ia
melompat-lompat tak kunjung lelah di antara pepohonan. Sebagai duta ia ingin
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya serta secepat-cepatnya.
Sesampainya di pantai selatan ia terhalang oleh lautan.
Sebagai putra Dewa Bayu ia bersemadi meminta pertolongan agar diantarkan angin
terbang ke Pulau Langka. Tak lama kemudian datanglah angin badai. Hanuman
diterbangkan tinggi-tinggi ke angkasa dan melayang menuju Pulau Langka.
Setibanya di pulau itu ia berjalan mengendap-endap,
kadang melompat-lompat melalui cabang-cabang pohon agar tidak tampak oleh
raksasa penghuni pulau itu.
34. Taman Langkapura
Akhirnya Hanuman tiba di sebuah taman yang indah permai.
Burung-burung berkicau merdu di atas pohon angsoka, sedangkan di halaman
berumput kijang-kijang berkeliaran dengan amannya.
Tampak seekor burung merak menengadah karena mendengar
bunyi kicau burung yang merdu laksana nyanyian yang diiringi gamelan sorga
Lokananta. Ekor merak itu berkembang, lalu menarilah ia berputar-putar di
tengah taman.
Hanuman terpesona melihat segala keindahan taman itu.
Tiba-tiba tampaklah olehnya seorang putri yang cantik jelita, duduk seorang
diri di dalam taman itu. Wajahnya pucat, tubuhnya kurus, rambutnya terurai
kusut. Wajah putri itu tepekur sayu.
35. Hanuman Menghadap Sita
Hanuman yakin bahwa putri itu pastilah Sita, istri Rama.
Sambil duduk di atas sebuah cabang pohon angsoka Hanuman menembang. Adapun
lagunya mengenai kisah Rama, mulai dari pembuangannya di hutan Dandaka bersama
Sita dan Laksamana, penculikan Sita oleh raja raksasa Rahwana, kesedihan Rama
dalam mencari istrinya, lalu perjumpaannya dengan Sugriwa, dan akhirnya
mengutus Hanuman mencari Sita ke Negeri Langkapura.
Sita heran mendengar tembang Hanuman, seakan-akan dia
bermimpi. Hanuman pun turun dari pohon, lalu ia menyembah Sita serta
mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Rama.
Mula-mula Sita tidak percaya. Hanuman lalu memperlihatkan
sebentuk cincin pemberian Rama. Maka percayalah Sita bahwa Hanuman memang
utusan suaminya. Timbullah pula keyakinannya bahwa ia akan dapat bertemu lagi
dengan Rama, terlebih setelah ia mendengar dari Hanuman bahwa Rama dengan
bantuan raja kera Sugriwa akan datang menggempur Langkapura.
Sebelum Hanuman minta diri, Sita pun menitipkan sebentuk
perhiasan rambutnya agar disampaikan kepada Rama sebagai tanda bakti dan setia.
36. Hanuman Merusak Taman Langkapura
Sebelum Hanuman pergi, ia sengaja merusak taman itu.
Pohon-pohon ditumbangkannya, bunga-bunga dicabutinya, dan jambangan-jambangan
digulingkannya. Pula, atap balai peranginan diruntuhkannya, dan bendungan kolam
di dalam taman itu dibobolnya sehingga terjadi banjir.
Para raksasa penjaga taman mengira hal itu terjadi karena
disebabkan oleh gempa atau banjir. Tetapi kemudian mereka melihat bahwa ada
seekor kera putih yang merusak taman. Beramai-ramai mereka berusaha mengejar
dan menangkapnya, tetapi Hanuman dengan gesit selalu dapat menghindar.
Para raksasa itu segera memberitahukan hal tersebut
kepada Indrajit, putra mahkota Langkapura. Demi melihat kerusakan taman istana
itu, Indrajit pun marah. Kemarahannya bertambah setelah ia melihat kera Hanuman
yang seakan-akan mengejek sambil meloncat-loncat di atas pohon.
Indrajit segera mengangkat panah pusakanya, yaitu panah
Nagapasa, sebuah panah yang dapat melilit sasarannya. Dipanahnya Hanuman saat
itu juga. Panah itu segera melilit tubuh Hanuman. Dengan demikian para raksasa
dapat menangkapnya.
37. Hanuman Dibakar
Hanuman dibawa menghadap ke dalam istana. Betapa marahnya
Rahwana ketika ia melihat kera putih yang telah merusak taman istananya. Tetapi
betapa herannya Rahwana setelah ia mengetahui bahwa kera putih itu dapat
berbicara.
Sambil memaki-maki, Rahwana bertanya kepada Hanuman
mengapa Hanuman merusak tamannya sampai porak poranda. Hanuman menjawab bahwa
ia adalah utusan Rama yang tengah mencari istrinya, Sita, yang diculik oleh
Rahwana.
Rahwana tak dapat menahan amarahnya. Hanuman hendak
dibunuhnya, tetapi adik Rahwana, yaitu Wibisana, mencegahnya. Dengan bijaksana
ia berkata bahwa Hanuman sebagai utusan raja tidaklah patut dibunuh. Ia harus
dikembalikan kepada raja yang mengutusnya. Lagi pula, bukankah Rahwana yang
membuat kesalahan terlebih dahulu dengan menculik dan merampas istri Rama.
Rahwana menjadi semakin marah. Wibisana diusirnya agar
pergi dari Negeri Langkapura. Rahwana pun memerintahkan para prajurit raksasa
agar membakar Hanuman di tengah alun-alun. Para raksasa mengikat tubuh Hanuman
lalu meletakkannya di atas tumpukan kayu bakar. Tumpukan kayu itupun disulut beramai-ramai.
Api menyala-nyala dan berkobar-kobar. Tapi Hanuman tidak terbakar, bahkan ia
berhasil melepaskan diri dari tali pengikatnya.
38. Kota Langkapura Terbakar
Dengan tangkasnya Hanuman meloncat-loncat sambil membawa
bara api di ekornya. Ia meloncat ke atas balai peranginan dan membakar atap
gedung tersebut. Ketika nyala api semakin membesar, Hanuman meloncat-loncat
dari satu bangunan ke bangunan lainnya sehingga semua bangunan menjadi
terbakar.
Demi melihat kejadian itu pasukan raksasa berusaha meringkus
Hanuman. Namun kera perkasa itu dengan cepat dan mudahnya meloloskan diri dari
kepungan bala tentara raksasa. Kota Langkapura dibuatnya gaduh. Banyak bangunan
yang terbakar.
39. Dewa Baruna
Setelah menempuh hutan belukar, barisan pasukan
kera tibalah di pantai selatan. Mereka berhenti karena tidak mampu
mengarungi samudra menuju Pulau Langka. Mereka mencoba menyeberangi selat itu,
tetapi ombak dan gelombang selalu memukul mereka.
Rama segera mengambil panah pusakanya. Dilepaskannya
sebuah anak panah dari busurnya menuju ke dalam samudra. Tak lama kemudian
segala macam ikan, penyu, udang dan bermacam-macam jenis mahkluk lautan timbul
ke atas permukaan samudra. Mereka mengerang kesakitan karena air laut yang
terkena panah Rama itu mendidih dan bergumpal-gumpal.
Tiba-tiba di antara deburan gelombang muncullah secercah
cahaya yang semakin lama semakin terang. Lalu tampaklah Dewa Baruna, yaitu dewa
penguasa samudra. Ia memohon kepada Rama agar air samudra yang mendidih itu
segera dapat pulih seperti sediakala. Rama bersedia, tetapi dengan syarat Sang
Baruna harus bersedia menolong menyeberangkan balatentara kera menuju ke Pulau
Langka.
40. Membangun Jembatan
Dewa Baruna menyatakan kesanggupannya membantu
menyeberangkan balatentara kera. Ia menyarankan agar dibuat jembatan batu yang
menghubungkan pantai itu dengan Pulau Langka sehingga para prajurit kera
dapat menyeberang. Sekali lagi Rama melepaskan sebuah panah pusaka ke dalam
samudra. Maka air lautan pun pulih kembali seperti sedia kala.
Sugriwa segera memerintahkan para prajurit kera mencari
batu untuk ditumpuk di dalam laut sehingga menjadi sebuah jembatan. Puluhan
ribu kera itu pun pergi ke gunung-gunung.
Batu-batu besar dipecahkan dan diusung beramai-ramai ke
pantai, lalu ditenggelamkan ke dalam samudra. Batu-batu itu disusun sebagai
landasan jembatan di dasar samudra, lalu ditumpuk meninggi sehingga mencapai
permukaan laut. Susunan batu-batu itu dibuat memanjang sampai mencapai pantai
Pulau Langka. Jembatan batu itu amat kuat sehingga dapat dilalui puluhan ribu
balatentara kera.
41. Menyerang Negeri Langka
Syahdan, Rahwana memerintahkan balatentara raksasa untuk
menjaga pantai Pulau Langka. Sejak lolosnya Hanuman dari api pembakaran,
Rahwana telah menduga bahwa suatu saat Rama beserta balatentara kera pasti akan
datang menyerang Langkapura.
Prajurit-prajurit raksasa yang tengah berjaga-jaga di
tepi pantai melihat ribuan kera yang sibuk membuat jembatan batu yang amat
kokoh. Jembatan batu itu menghubungkan pantai di seberang dengan pantai
Pulau Langka.
Raksasa-raksasa itu segera naik ke perahu hendak
menyerang para prajurit kera yang sedang bekerja. Tetapi prajurit kera itu
ternyata lebih berani dan lebih tangkas bertarung dibandingkan dengan mereka.
Raksasa-raksasa penjaga pantai dikalahkannya.
Maka seluruh balatentara kera dibawah pimpinan Rama
segera menuju pantai Pulau Langka dengan melalui jembatan batu yang amat kokoh
itu. Atas perintah Dewa Baruna, segenap mahkluk lautan dengan patuh menjaga
dasar jembatan itu sehingga selamatlah balatentara Rama tiba di
Langkapura.TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar