Galuh
Candrakirana sudah menjadi istri Panji Asmarabangun. Namun, raja
Nusakambangan ingin merebutnya dari
Panji Asmarabangun. Sri Klana Jayenglaga raja Nusakambangan mengutus Gagak Ranu
dan prajuritnya menyerang kerajaan Jenggala. Sementara itu, di keraton Jengala
terjadi kekacauan dengan perginya Panji Asmarabangun, Galuh Candrakirana, Ragil
Kuning, dan Kudalalean.
Raja mengutus para punggawa dan prajurit untuk mencari mereka, tak terkecuali abdi setia kerajaan yaitu Bancak dan Doyok.
Raja mengutus para punggawa dan prajurit untuk mencari mereka, tak terkecuali abdi setia kerajaan yaitu Bancak dan Doyok.
Raden
Gunungsari putra Prabu Lembu Amijaya dari kerajaan Kediri gundah hatinya. Orang
yang dicintainya yaitu Ragil Kuning pergi dari keraton Jenggala tanpa pamit. Ia
pun ikut mencari keberadaan Panji Asmarabangun, Galuh Candrakirana, Kudalalean,
dan Ragil Kuning. Pencariannya didampingi oleh abdinya, Ki Dudul dan Ki Dulit.
Dalam perjalanan mereka bertemu dengan prajurit dari Nusakambangan dan
terjadilah pertempuran. Raden Gunungsari dapat menahlukan prajurit
Nusakambangan walaupun hanya dibantu dua abdinya. Setelah berhasil mengalahkan
lawannya, maka pergilah Raden Gunungsari beserta kedua abdinya ke pertapaan Wukir Andong. Ia
bermaksud meminta petunjuk Resi Purwajati tentang keberadaan orang yang sedang
ia cari. Resi Purwajati menasihati Raden
Gunungsari agar tidak mencemaskan keadaan Ragil Kuning beserta saudaranya
karena mereka dalam keadaan selamat. Raden
Gunungsari merasa lega dan akhirnya berguru kepada Resi tersebut.
Galuh
Candrakirana dan Ragil Kuning pergi dari keraton membawa Kudalalean.
Kepergiannya tanpa tujuan yang pasti, hanya menuruti langkah kaki dan kata
hati. Sampailah pada sebuah hutan belantara yang tak pernah mereka tau di mana rimbanya. Setiap tempat yang di lalui terjadi kekeringan dan bencana alam. Hal ini terjadi karena
penderitaan keduanya yang bingung arah tujuan hingga alam pun ikut merasakan
rintihan hati putri itu. Di hutan itu mereka bertemu Hyang Narada utusan Hyang
Pramesthi Guru untuk menemui Galuh Candrakirana dan Ragil Kuning. Galuh
Candrakirana bercerita bahwa kepergiannya meninggalkan keraton lantaran
menderita atas kepergian suaminya Panji Asmarabangun. Bayi Kudalalean diminta
oleh Hyang Narada dan dibawa ke kayangan. Namun sebelum pergi, Hyang Narada mengubah Galuh Candrakirana dan Ragil
Kuning menjadi seorang pria. Galuh Candrakirana berganti nama menjadi Wayan
Klentreng dan Ragil Kuning menjadi Wayan Clunthang. Keduanya diutus pergi ke
kerajaan Karangasem yang mana sedang terjadi perebutan Ni Luh Kencanawulan oleh
raja-raja yang ingin memperistrinya. Apabila Prabu Suryalegawa memberikan
putrinya kepada salah satu raja yang
memperebutkan putrinya, maka akan terjadi
perang besar akibat kekecewan raja yang tidak mendapatkannya. Kemudian Prabu
Suryalegawa membuat sayembara untuk mengusir balatentara kerajaan dari keraton
Karangasem. Wayan Klentreng mengikuti sayembara tersebut dan berhasil memukul mundur pasukan beserta raja
yang memperebutkan Ni Luh Kencanawulan. Wayan Klentreng diangkat menjadi
menantu kerajaan di Karangasem, sedangkan Wayan Clunthang diangkat menjadi
patihnya. Suatu hari Wayan Klentreng pergi berburu ke hutan. Tanpa sengaja ia
bertemu dengan Bancak dan Doyok yang terlunta-lunta. Bancak dan Doyok dibawa
pulang ke keraton. Nama mereka diubah menjadi Demang Palang dan Demang Pulung.
Sementara itu, Raden Wangsengsari
adik Panji Asmarabangun pergi mencari kakaknya bersama Ki Sebul dan Ki Pelet.
Ia merasa putus asa karena tak kunjung menemukan saudaranya. Muncullah
keinginan Raden Wangsengsari untuk bertapa di hutan. Ia meminta petunjuk kepada
penguasa jagad agar segera bertemu Panji Asmarabangun. Di pertapaan itu ia
diserang seekor macan yang ingin menerkamnya.
Ia terbangun dan melawan sampai akhirnya macan itu mati. Bangkai macan
berubah menjadi Bathara Kamajaya yang memberitahu keberadaan Panji Asmarabangun.
Disebutkan bahwa Panji Asmarabangun berada di kerajaan Purwacarita dan menikah
dengan putri kerajaan Dyah Ayu Purnamawati. Raden Wangsengsari diberi pusaka
Suri Penatas agar ia bisa segera sampai ke Keraton Purwacarita. Setelah memberi
pusaka, Bathara Kamajaya kembali ke kahyangan. Pergilah Raden Wangsengsari
beserta kedua abdinya ke Purwacarita. Di sana ia bertemu dengan Panji
Asmarabangun yang sedang berduaan dengan Purnamawati. Panji Asmarabangun
terkejut dengan kedatangan adiknya. Wangsengsari bercerita tentang keadaan
kerajaan yang kacau sepeninggalan kakaknya. Kedatangan Wangsengsari juga
membawa berkah untuk Purnacarita. Adik Dewi Purnamawati yaitu Dewi Nawangsasi
ingin sekali diperistri oleh Wangsengsari. Akhirnya wangsengsaripun menjadi
menantu di kerajaan Purnacarita.
Di kerajaan Karangasem Bali, Wayan
Klentreng atau Galuh Candrakirana sangat gundah hatinya ingin segera menemukan
Panji Asmarabangun. Ia mengutus Demang Palang dan Demang Pulung mengantarkan
surat ke kerajaan Purwacarita. Isi surat itu adalah tantangan untuk berperang.
Demang palang dan Demang Pulung segera berangkat ke Purwacarita. Di tengah
perjalanan, mereka teringat tugas yang diberikan oleh Raja Jenggala untuk
mencari majikannya yang hilang. Mereka hampir putus asa mencari majikan dan
negara Purwacarita sampai berniat bubuh
diri. Namun, keduanya diselamatkan oleh Bathara Kamajaya. Kamajaya memberi
petunjuk bahwa kerajaan Purwacarita berada di arah barat. Demang Palang dan
Demang Pulung mencari dan terus mencari kerajaan yang hendak dituju, akhirnya
ketemu. Mereka sangat terkejut karena raja muda Purnacarita adalah Panji
Asmarabangun yang selama ini mereka cari. Pertemuan itu membuat mereka senang.
Namun ketika Bancak dan Doyok teringat bahwa kedatangan mereka untuk
menyampaikan surat dari raja Karangasem timbul rasa sedih. Panji Asmarabangun
marah lalu meminta izin kepada Raja Purnamadewa untuk pergi ke Karangasem memenuhi
tantangan Wayan Klenteng. Pergilah mereka semua menuju Karangasem. Sampai di
sebuah hutan, rombongan Panji Asmarabangun bertemu dengan Gunungsari di
pertapaan Wukir Andong. Kemudian Gunungsari mengikuti kepergian Panji
Asmarabangun ke Karangasem. Datang Bathara Narada membawa Kudasemilir dan
memberikannya kepada Panji Asmarabangun. Tibalah rombongan Panji Asmarabangun
ke kerajaan Karangasem. Kedatangan balatentaranya seperti samudra yang
membanjiri keraton. Terjadi peperangan hebat antara kerajaan Karangasem dan
Purwacarita. Patih Wayan Clunthang berhadapan dengan Panji Gunungsari. Segala tingkah dan tindakan Wayan Clunthang
layaknya Ragil kuning, sehingga Wukirsari mengenalinya. Wayan Clunthang lari ke
suatu tempat dan diikuti oleh Wukirsari sampai terkejar. Wayan Clunthang dipeluk oleh Wukirsari
dan berubah ke wujudnya semula yaitu Ragil Kuning. Sementara Wayan Klentreng
berhadapan dengan Panji Asmarababgun yang menggendong Kudasemilir. Melihat
suami dan anaknya, Wayan Klentreng menangis dan membuang senjatanya. Seketika
Wayan Klenteng berubah ke wujud Galuh Candrakirana. Dengan demikian, orang yang
telah hilang kini telah tertemukan dan perang dihentikan. Mereka kembali ke
kerajaan Jenggala. Ni luh Kencanawulan diboyong ke Jenggala menjadi istri
ketiga Panji Asmarabangunsetelah Galuh Candrakirana dan Dewi Purnamawati.
Di
kerajaan Nusakambangan, Raja Klana Jayenglaga menanti hasil laporan dari patih
Gagak Ranu yang diutus menyerang Jenggala. Patih Gagak Ranu meminta bantuan tambahan
prajurit untuk merebut Galuh Candrakirana dari tangan Panji Asmarabangun. Terjadilah
perang besar antar keduanya. Namun dengan bantuan prajurit Purwacarita, akhirnya kerajaan Nusakambangan
kalah. Kerajaan Jenggala pulih menjadi kerajaan yang makmur dan tentram.